Kamis, 17 November 2011

Yulita maulida/21209675/3eb13 "Tugas Bahasa Indonesia Penalaran Deduktif"


Yulita maulida/21209675/3eb13
Tugas Bahasa Indonesia Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus. Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Hukum-hukum Silogisme
a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
  1. Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
  2. Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
  3. Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
  4. Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
  1. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
  2. Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
  3. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
  4. Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.
-Corak berpikir deduktif: silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme alternative atau entimen.Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan
-Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
-Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis.
-Premis pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh : yaitu sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
• Semua manusia pasti mati (premis mayor)
• Sokrates adalah manusia (premis minor)
• Sokrates pasti mati (kesimpulan)
Jenis penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
-Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
-Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
-Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Macam-macam dari penalaran deduktif adalah :
  1. Silogisme
    Suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga. Dengan kata lain silogisme dapat di bentuk dengan dengan rangkaiian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat (premis) dan 1 kesimpulan (konklusi).
Kriteria silogisme sebagai barikut :
Premis Umum (PU) : Menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B)
Permis Khusu (PK) : Menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah golongan tertentu itu (=A)
Kesimpulan (K) : Menyatakan bahwa sesuatu atau sesorang itu (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B)
Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :
PU : A = B
PK : C = A
K : C = B
Jenis dan contoh Silogisme:
1.    Silogisme Penggolongan

PU : AB
PK : CA
K   : CB
Entimem: K karena PK
Contoh
PU     : Setiap murid yang masuk kelas unggulan pintar.
PK    : Rani murid kelas unggulan.
K       : Rani murid yang pintar.
Entimem: Rani pintar karena rani masuk kelas unggulan.
2.    Silogisme pemilihan
PU   : ABC
PK     : A tidak ingin B
K     : A ingin C
Entimem : K karena PK
Contoh:
PU  : Deni ingin pergi ke bandung atau ke bali.
PK    : Deni tidak ingin ke bandung.
K     : Deni ingin ke bali.
Entimem : Deni ingin pergi ke bali karena tidak ingin ke bandung.
3.    Silogisme pengandaian
PU    : Jika A tidak B, A C
PK     : A B
K     : A tidak C
Entimem : K karena PK
Contoh: PU    : Jika Lukman tidak pergi ke sekolah, Lukman akan dimarahi ayah.
PK    : Lukman pergi ke sekolah.
K   : Lukman tidak dimarahi ayah.
Entimem : Lukman tidak dimarahi ayah karena Lukman pergi ke sekolah.
  1. Entinem
    Adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
    Entinem berasal dari kata Enthymeme, enthymema (Yunani) yang berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Analisa :
Menurut saya, penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Macam-macam dari penalaran deduktif adalah sebagai berikut: silogisme dan entinem.jenis-jenis silogisme yaitu, silogisme penggolongan, silogisme pemilihan dan silogisme pengandaian.

Minggu, 09 Oktober 2011

Tulisan Softskill Bahasa Indonesia “Lingkungan”


Yulita maulida/21209675/3eb13

Tulisan Softskill Bahasa Indonesia “Lingkungan”

 

“Hijau, Gerakan Perduli Lingkungan”

Untuk Mu..AIR !
Tanggal 22 April merupakan Hari Air, lalu apakah yang bisa kita perbuat ?
Air merupakan kebutuhan pokok kita. Air sedikit dan banyak adalah bencana. Lalu bisakah kita bersahabat dengan bencana tersebut. Banyak di daerah di Indonesia yang tiap tahun berhadapan dengan air, air sedikit dan air yang banyak.
Dalam kehidupan kita, bahkan di tubuh kita terdiri dari air. Sejak bangun tidur sampai dengan menjelang tidur lagi, kita tidak terpisahkan dari air. Air adalah sumber kehidupan.
Lalu apakah kita telah berusaha membalas jasa AIR ?
Banyak yang bisa kita lakukan dan perbuat, mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur lagi. Dari hal-hal kecil, sekitar kita, diri kita sendiri dan mulai sekarang juga.
Perilaku konservasi dalam kehidupan sehari-hari sudah harus kita tanaman sejak dini. Ada beberapa petunjuk praktis yang dapat dilakukan setiap orang untuk menuju perilaku konservasi tersebut.
>> Instalasi dan sarana
1. Pastikan bahwa instalasi pipa air di sekitar rumah tidak ada yang bocor sekalipun hanya menetes. Segera perbaiki keran dan pipa jika terjadi kebocoran. Lakukan pemeriksaan secara rutin. Ingat, setitik air yang terbuang tiap detiknya menyebabkan berkurangnya air sebanyak 2.400 galon (9.000 liter) per tahunnya.
2. Pasang keran pancur, toilet, dan keran aerasi dengan aliran rendah. Aerasi dapat mengurangi jumlah penggunaan air hingga 60 persen.
3. Simpan air minum di dalam kulkas daripada membiarkan keran mengalir selama menunggu air menjadi dingin
4. Pastikan pada setiap lubang buka tutup pemakaian terpasang keran. Lubang pemakain jangan sembarang memakai penutup yang mudah lepas dan mudah bocor.
5. Pada bak penampung sebaiknya dipasang penutup otomatis (pelampung) dengan kualitas baik. Jangan biasakan mengisi bak penampung dari instalasi utama hanya mengandalkan kran dan ditutup secara manual saat air sudah melimpah. Sebab jika lupa menutup air akan melimpah terbuang percuma.
>> Pemakaian air
1. Gunakanlah air sesuai keperluan dengan senantiasa hemat.
2. Mesin cuci pakaian atau piring hanya dipakai saat kapasitas cucian sudah memenuhi standar kapasitas pemakaian. Jika hanya sedikit sebaiknya dilakukan secara manual. Menggunakan mesin membutuhkan air banyak sekalipun cucian sedikit.
3. Mencuci atau membersihkan pakaian jangan langsung dari keran. Lakukanlah dalam ember yang telah berisi air.
4. Jangan membiasakan meninggalkan tempat saat membuka keran, seperti saat mengisi mesin cuci atau ember. Jika ini dilakukan biasanya terkena penyakit lupa sehingga air tumpah dengan sendirinya.
5. Biasakan menutup keran sementara tangan membilas atau melakukan aktivitas lain tidak di bawah keran, seperti saat mencuci piring atau menggosok gigi.
6. Saat mencuci sesuatu langsung dari keran, terutama kegiatan di dapur seperti mencuci piring, keran sebaiknya tidak dibuka penuh atau hanya setengahnya.
7. Batasi mandi dengan shower (pancuran). Mandi dengan shower bisa menghabiskan air antara 30 sampai 50 liter. Mandi dengan menggunakan gayung jauh lebih hemat.
8. Kurangi mencuci kendaraan dengan menyemprotkan air langsung dari keran. Cucilah kendaraan anda dengan menggunakan tempat air (ember) atau tutuplah keran atau ujung selang selama membasuh mobil dengan sabun.
>> Selalu perduli
Selain di rumah, perilaku konservasi air dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Di tempat umum seperti di terminal, di kantor, atau masjid, kita sering menjumpai keran terbuka dan air mengalir tanpa ada yang memakainya. Jika kita jumpai hal-hal semacam itu, bertindaklah, nyalakan nyali kepedulian Anda dengan segera menutup keran tanpa harus berpikir bekas siapa dan untuk apa air mengalir percuma.
Sikap peduli juga dapat dilakukan pada pemanfaatan air bekas. Air bekas atau yang tidak terpakai sering kali berguna untuk keperluan lain. Bekas air minum masih bisa bermanfaat untuk menyiram tanaman. Saat membangun rumah, untuk membasahi campuran semen dan pasir (mengaduk) bisa menggunakan air bekas mencuci atau dari air dapur. Caranya, sediakan tempat atau ember pada ujung saluran pembuangan sehingga air terkumpul di situ untuk memudahkan pegawai bangunan memanfaatkannya.
Masih merupakan bagian dari upaya konservasi air adalah kegiatan menanam pohon. Jadilah orang berjasa dalam hidup ini dengan menanam pohon sekalipun hanya sepohon dalam seumur hidup. Pohon berfungsi menyerapkan air ke tanah, mengikat butir-butir tanah, mengikatkan air ke pori-pori tanah. dan menghasilkan oksigen hingga 1,2 kg per hari. Apalagi pohon di tempat permukiman sangat multifungsi. Menghadirkan kesejekan dan keindahan.


Tugas Softskill Bahasa Indonesia “Penalaran Induktif”


Yulita maulida/21209675/3eb13

Tugas Softskill Bahasa Indonesia “Penalaran Induktif”

 

PENALARAN INDUKTIF

I. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir secara sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.

II. Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
>> Ada 3 jenis penalaran induksi, yaitu : 
III.1. Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala.III.1 III.1.1.Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Fakta yang dugunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
    Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
III.1.2. Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
    Setelah kita memerhatikan jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi, kemudian disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari tiga puluh satu. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.

III.2. Analogi
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
III.2.1. Tujuan Analogi
    - Meramalkan kesamaan
    - Menyingkap kekeliruan
    - Menyusun sebuah klasifikasi
    Contoh :
    Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti Bumi. Temperaturnya hampir sama dengan Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti di Bumi. Jika di Bumi ada makhluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup di planet Mars.

III.3. Kausal
Kausal adalah merupakan prinsip sebab-akibat yang di haruri dan pasti antara gejala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. 
Contoh :
    Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
III.3.1. Tujuan Kausal
Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal Dapat berlangsung dalam tiga pola :
   a. Sebab ke akibat
    Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
   b. Akibat ke sebab
    Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
   c. Akibat ke akibat
    Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.